Berawal
dari adanya berbagai aspirasi.skill.bakat,kemauan, serta kemampuaan yang di
miliki oleh beberapa orang khususnya yang gemar berpetualang di alam bebas dan
cinta akan alam serta lingkungannya,
yang pada tahun-tahun kemarin tidak mempunyai wadah untuk menyalurkan
segala apa yang di milikinya. Sehingga dihimpunlah segala aspirasi
tersebut menjadi satu tujuan. Dan
akhirnya di dirikanlah satu lembaga Organisasi. Yang dapat menampung segala
aspirasi yang di miliki oleh tiap-tiap penggiat alam bebas.
Organisasi
ini didirikan di Ranomuut Manado,dengan nama KELOMPOK PETUALANG ALAM BEBAS CARSTENSZ disingkat KPAB CARSTENSZ , pada tanggal 19 maret
1999 untuk waktu yang di tentukan. Dan di susun surat keputusan kerja
kelembagaan serta di deklarasikan di Gua
Susuripen pada tanggal 9 juli 1999 kemudian pada bulan Juli 2003 melalui
keputusan Musyawarah Besar III KPAB
CARSTENSZ menganti Nama Organisasi menjadi SERIKAT PETUALANG ALAM BEBAS PYRAMID CARSTENSZ disingkat SPAB PC. Sekarang SERIKAT PETUALANG ALAM BEBAS PYRAMID CARSTENSZ Manado telah
memasuki usia yang ke 13 dan termasuk salah satu organisasi Petualang Alam
tertua yang masih aktif yang ada di Manado
Ingatlah hai engkau penjelajah
alam :
- Take nothing, but pictures (jangan ambil sesuatu kecuali gambar)
- Kill nothing, but times (jangan bunuh sesuatu kecuali waktu)
- Leave nothing, but foot-print (jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki)
Dan
senantiasa ;
- Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
- Percaya kepada kawan (dalam hal
ini kawan adalah rekan penggiat dan
peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya) - Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.
Sejarah
Pencinta Alam Serta Perkembangannya
Apabila sejenak kita merunut dari
belakang, sebetulnya sejarah manusia tidak jauh-jauh amat dari alam.Sejak zaman
prasejarah dimana manusia berburu dan mengumpulkan makanan, alam adalah
"rumah" mereka. Gunung adalah sandaran kepala, padang rumput adalah
tempat mereka membaringkan tubuh, dan gua-gua adalah tempat mereka bersembunyi.
Namun sejak manusia menemukan kebudayaan, yang katanya lebih
"bermartabat", alam seakan menjadi barang aneh.Manusia mendirikan
rumah untuk tempatnya bersembunyi.Manusia menciptakan kasur untuk tempatnya
membaringkan tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk mengangkat
kepalanya.Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya sendiri-sendiri.Ketika
keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam
dimulai :
Pada tahun 1492 sekelompok orang
Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont
Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka
ini tergolong pendaki gunung pertama.Namun beberapa dekade kemudian,
orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para
pemburu chamois, sejenis kambing gunung.Barangkali mereka itu pemburu yang
mendaki gunung.Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam
sejarah.
Di Indonesia, sejarah pendakian
gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan "Pegunungan
sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di Papua. Nama orang
Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya
Wijaya yakni Puncak Cartensz.Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama
yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Prancis.Lalu pada
tahun 1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan.Orang Nepal menyebutnya
Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai
manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru
dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak
saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.
Di Indonesia sejarah pecinta alam
dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta
Alam"(PPA).Berdiri 18 Oktober 1953.PPA merupakan perkumpulan Hobby yang
diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari 'sifat
maniak'yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif.Tujuan mereka
adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam
kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya.Sayang perkumpulan ini tak berumur
panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang
belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960.
Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air
mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada
gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung
makna mengabdi."Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri
ini?."
Sejarah pencinta alam kampus pada
era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi
dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa
dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).
Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember
1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti
di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie
sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa
orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango.
Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya
tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja.Semua yang berminat dapat menjadi
anggota setelah melalui seleksi yang ketat.Sayangnya organisasi ini mati pada
usianya yang kedua.Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung
FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan.Hadir pada saat itu Herman O.
Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada
saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari
Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam.
Setelah bertukar pikiran dengan
Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs.
Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan
menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya
nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito.Mapala
merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam.Dan Prajnaparamita berarti
dewi pengetahuan.Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi
dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh
anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Ide
pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi
individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang
sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan
perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar
organisasi.
Dalam tulisannya di Bara Eka 13
Maret 1966, Soe mengatakan bahwa :
“Tujuan ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali
idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai
alam, tanah air, rakyat dan almamaternya.Mereka adalah sekelompok mahasiswa
yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui
slogan-slogan dan jendela-jendela mobil.Mereka percaya bahwa dengan mengenal
rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat
menjadi patriot-patriot yang baik” Para mahasiswa itu, diawali dengan
berdirinya Mapala Universitas Indonesia, membuang energi mudanya dengan
merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung.Mapala atau Mahasiswa
Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai
kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan
hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini, hampir
seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki mapala baik di tingkat universitas
maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik
rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampung-kampung.
Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudahmerasa
sebagai pecinta alam.
Penggiat
Alam Bebas, Konsekuensi yang harus dihadapi dari sebuah konsistensi
Apa yang diharapkan dengan
mengikuti sebuah organisasi penggiat Alam Bebas? Banyak memandang sebelah mata
pada organisasi ini dan terkadang mengatakan bahwa kegiatannya hanya bersifat
hura-hura yang menghabiskan uang.Suara itu semakin santer terdengar bila ada
pemberitaan mengenai kecelakaan yang dialami oleh anggota penggiat alam bebas
pada waktu melakukan kegiatan di alam.
Dalam sebuah diskusi (mengutip
dalam artikel Kompas, Minggu 29 Maret 1992) kegiatan penggiat alam bebas dapat
dikategorikan sebagai olahraga yang masuk ke dalam caliber sport beresiko
tinggi. Kegiatannya meliputi mendatangi puncak gunung tinggi, turun ke lubang
gua di dalam bumi, hanyut berperahu di kederasan jeram sungai deras,keluarmasuk
daerah pedalaman yang paling dalam dan lainnya.umumnya kegiatan penggiat alam
bebas berkisar di alam terbuka dan menyangkut lingkungan hidup. Jenis aktifitas
meliputi pendakian gunung (mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran
gua (caving), pengarungan arus liar(rafting), penghijauan dan lain sebagainya.
Tak ayal lagi bahwa kegiatan ini
beresiko tinggi dan setiap anggotanya harus memahami konsekuensi resiko yang
dihadapi dengan bergabung dengan organisasi ini.Resiko yang paling berat adalah
cacat fisik permanen dan bahkan kematian.Untuk bisa mempersiapkan diri
menghadapi resiko yang tinggi ini, dibutuhkan kesiapan mental, fisik dan skill
yang memadai. Berbagai macam latihan dan pengalaman terjun langsung ke alam
dapat meminimalisir resiko yang akan dihadapi. Tapi, diluar semua itu masih ada
yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang.
Pencinta
alam atau Petualang ?
Dua nama, pencinta alam dan
petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan
antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu
sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan
(alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang
sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara
etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang
berbeda, meskipun ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam.
Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga
langkah yang dijalankan.Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan
enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat
dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan
tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam
sebagai medianya.
Kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam
di negeri ini semakin parah,
Dimanakah pencinta alam?begitupun dengan
para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya. Bahkan Tak jarang
aktivitas “mereka” berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat
menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-paktek
vandalisme.Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan dan arahnya
sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-hura
belaka.keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan
kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompoknya sebagai pecinta alam, sebagai
petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas
yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yangtinggidan sekian image
yang telah terlebih dulu dicitrakan, dengan demikian banyak diantara para
“pencinta alam” itu cuma sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat.
Akhir-akhir ini di mana degradasi
lingkungan dirasa semakin parah, maka peran pencinta alam sangat penting untuk
membantu melestarikan lingkungan. Untuk melengkapi perannya sebagai duta
lingkungan hidup, SPAB PYRAMID CARSTENSZ sebagai organisasi petualang
alam yang Notabene anggotanya adalah masyarakat umum, dituntut pula untuk
mengupgrade ilmu dan pengetahuan dan minat serta niat yang tulus untuk selalu
belajar, menambah pengetahuannya bukan hanya hal-hal yang menyangkut tentang
outdoor skill tetapi juga harus ber-etika dan ber-intelektual. Karena seorang anggota
SPAB PYRAMID CARSTENSZ notabene juga adalah seorang Manusia(yang
berintelek), seorang anggota SPAB PYRAMID CARSTENSZ dituntut bukan hanya
menguasai skill tentang outdoor activities, tetapi juga haruslah sebagai
manusia yang rasionalis, analitik, kritis, universal, dan sistematis. SPAB
PYRAMID CARSTENSZ sadar dibutuhkan sisi Intelektual untuk menjembatani dan
melengkapi sisi environmental dengan sisi adventurer. SPAB PYRAMID CARSTENSZ
sebagai organisasi intelektual dengan gerakan enviromentalisme bermental
adventure yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam ini sebagai satu
gerakan untuk masa depan akan lebih berarti tindakannya dengan komitment dan
loyalitas yang tinggi dari anggotanya. Sebuah harapan untuk mengembalikan
keseimbangan alam ini, perbedaan pola fikir dan arah gerak environment dengan
adventurer dijembatani oleh sisi intelektualis para anggotanya yang merupakan
spesialisasi dan menjadi ciri dari SPAB PYRAMID CARSTENSZ yang memahami
pentingnya menjaga, memelihara, melindung serta melestarikan alam Tanah Air
tercinta ini dan melakukannya secara aman dan tertib.. bukanlah suatu
kemustahilan ketiga sisi tersebut bersatu untuk masa depan lingkungan hidup
Indonesia sehingga terciptanya lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan
bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan masa depan.
Ditulis oleh :
Steavocean Strix Nebulosa
pax ubah tu tahun
BalasHapusokayy...
BalasHapus