MATERI MOUNTAINEERING
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan
keras, berbahaya, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan,
kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak
mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.
A. PENGERTIAN DAN TUJUAN KEGIATAN
MOUNTAINEERING
- Mountain = Gunung
- Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung
- Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit
- Mountain = Gunung
- Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung
- Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit
Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya
keitan itu dilakukan untuk :
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi
B. TERMONOLOGI GUNUNG
a) Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.
b) Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang saling berdekatan.
c) Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl
d) Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang saling berdekatan.
e) Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal
f) Sadel : Pertemuan dua titik pada satu punggungan
g) Pass : Celah panjang diantara dua punggungan
h) Col : Celah sempit diantara dua puncak
i) Plateau : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian
j) Summit : Puncak
a) Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.
b) Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang saling berdekatan.
c) Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl
d) Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang saling berdekatan.
e) Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal
f) Sadel : Pertemuan dua titik pada satu punggungan
g) Pass : Celah panjang diantara dua punggungan
h) Col : Celah sempit diantara dua puncak
i) Plateau : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian
j) Summit : Puncak
C. SEJARAH SINGKAT MOUNTAINEERING
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telah lintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telah lintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.
D. Jenis Perjalanan Berdasarkan Tingkat Kesulitan Medan.
Perjalanan baik pendakian atau pemanjatan berdasarkan pada tingkat kesulitan medan yang dihadapi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Walking : Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.
2. Hiking (hill walking) : Medan sedikit bertambah sulit sehingga dibutuhkan perlengkapan kaki yang memadai.
Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat.
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.
3. Climbing
a. Rock Climbing : Pemanjatan pada medan batu .
- Scrambling : Medan semakin curam sehingga dibutuhkan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Praktis tidak memerlukan tali ataupun perlengkapan lainnya yang khusus.
- Technical Climbing : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Dibutuhkan teknik khusus dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :
Ø Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat –alat disini hanya berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.
Ø Artificial Climbing: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak ada sehingga penggunaan tangan dan kaki saja adalah mustahil. Untuk itu pendakian jenis ini sepenuhnya tergantung kepada perealatan yang juga dipergunakan secara langsung untuk menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus bertambah hanya semata-mata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan sebagainya.
Perjalanan baik pendakian atau pemanjatan berdasarkan pada tingkat kesulitan medan yang dihadapi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Walking : Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.
2. Hiking (hill walking) : Medan sedikit bertambah sulit sehingga dibutuhkan perlengkapan kaki yang memadai.
Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat.
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.
3. Climbing
a. Rock Climbing : Pemanjatan pada medan batu .
- Scrambling : Medan semakin curam sehingga dibutuhkan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Praktis tidak memerlukan tali ataupun perlengkapan lainnya yang khusus.
- Technical Climbing : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Dibutuhkan teknik khusus dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :
Ø Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat –alat disini hanya berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.
Ø Artificial Climbing: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak ada sehingga penggunaan tangan dan kaki saja adalah mustahil. Untuk itu pendakian jenis ini sepenuhnya tergantung kepada perealatan yang juga dipergunakan secara langsung untuk menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus bertambah hanya semata-mata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan sebagainya.
b. Snow/Ice Climbing : Pemanjatan
pada medan es dan salju
4. Expedition : Kegiatan pendakian
yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan membutuhkan waktu yang lama serta
memerlukan pengorganisasian tertentu dengan berbagai variasi medan yang harus
dilalui.
E. Sistem/Teknik pendakian
Tidak semua medan yang dilalui untuk menuju puncak itu seragam sehingga ada beberapa sistem/teknik yang dilakukan untuk menuju puncak yang harus disesuaikan dengan karakter medan. Pada beberapa pendakian kita kenal ada tiga buah sistem/teknik pendakian yaitu :
1. Alpin Taktik : sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya tidak terlalu jauh, dan tidak kembali lagi ke base camp serta seluruh tim pendaki harus dapat mencapi puncak (taktik ini berkembang di pegunungan alpen yang karakternya sangat sesuai dengan taktik ini)
2. Himalayan taktik : Sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya cukup jauh sehingga untuk menuju puncak ada beberapa base camp yang didirikan guna melakukan sistem drop barang, pada taktik ini tidak semua anggota tim harus mencapai puncak (taktik ini berkembang di pegunungan himalaya yang karakternya sangat sesuai dengantaktik ini)
3. Siege taktik : Gabungan antara Alpin Taktik dan Himalayan taktik.
Tidak semua medan yang dilalui untuk menuju puncak itu seragam sehingga ada beberapa sistem/teknik yang dilakukan untuk menuju puncak yang harus disesuaikan dengan karakter medan. Pada beberapa pendakian kita kenal ada tiga buah sistem/teknik pendakian yaitu :
1. Alpin Taktik : sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya tidak terlalu jauh, dan tidak kembali lagi ke base camp serta seluruh tim pendaki harus dapat mencapi puncak (taktik ini berkembang di pegunungan alpen yang karakternya sangat sesuai dengan taktik ini)
2. Himalayan taktik : Sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya cukup jauh sehingga untuk menuju puncak ada beberapa base camp yang didirikan guna melakukan sistem drop barang, pada taktik ini tidak semua anggota tim harus mencapai puncak (taktik ini berkembang di pegunungan himalaya yang karakternya sangat sesuai dengantaktik ini)
3. Siege taktik : Gabungan antara Alpin Taktik dan Himalayan taktik.
F. PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN
1. Dapat berpikir secara logis.
Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.
3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.
a. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
- Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di
Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
- Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
- Ketenangan dalam melakukan tindakan .
b. koordinasi antar anggota tubuh.
Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam
4. kondisi fisik yang memadai.
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.
5. Berdoa
1. Dapat berpikir secara logis.
Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.
3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.
a. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
- Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di
Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
- Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
- Ketenangan dalam melakukan tindakan .
b. koordinasi antar anggota tubuh.
Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam
4. kondisi fisik yang memadai.
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.
5. Berdoa
G. PERENCANAAN PERLENGKAPAN
PERJALANAN
Dalam melakukan perjalanan atau petualangan di alam bebas, tentu kita perlu menyiapkan
segala sesuatu yang akan memperlancar perjalanan kita. Kesiapan fisik dan mental merupakan
modal yang paling mendasar
yang harus dimiliki seorang Mountaineer. selain itu peralatan dan perlengkapan yang layak dan lengkap adalah pendukung keberhasilan dan sekaligus sebagai tolok ukur seorang Mountaineer yang profesional. Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat dan efisien. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Mengenal jenis medan apa yang akan dihadapi nanti(hutan, rawa, tebing, semak, termasuk diantaranya kondisi sosial masyarakat setempat)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan / ekspedisi, latihan, penelitian, SAR, liburan, dll)
3. Mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan selama perjalanan (sehari, 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban (beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.)
5. Memperhatikan dan menyiapkan hal-hal khusus yang mungkin dibutuhkan dalam perjalanan (misalnya : vitamin, obat-obatan tertentu, peta, dll)
Dalam melakukan perjalanan atau petualangan di alam bebas, tentu kita perlu menyiapkan
segala sesuatu yang akan memperlancar perjalanan kita. Kesiapan fisik dan mental merupakan
modal yang paling mendasar
yang harus dimiliki seorang Mountaineer. selain itu peralatan dan perlengkapan yang layak dan lengkap adalah pendukung keberhasilan dan sekaligus sebagai tolok ukur seorang Mountaineer yang profesional. Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat dan efisien. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Mengenal jenis medan apa yang akan dihadapi nanti(hutan, rawa, tebing, semak, termasuk diantaranya kondisi sosial masyarakat setempat)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan / ekspedisi, latihan, penelitian, SAR, liburan, dll)
3. Mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan selama perjalanan (sehari, 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban (beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20 kg), walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.)
5. Memperhatikan dan menyiapkan hal-hal khusus yang mungkin dibutuhkan dalam perjalanan (misalnya : vitamin, obat-obatan tertentu, peta, dll)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut,
maka kita dapat menyiapkan perlengkapan dan perbekalan
yang sesuai dan selengkap mungkin dan juga buatkan daftar barang yang harus dibawa lakukan pengecekan sebelum dan sesudah perjalanan.
yang sesuai dan selengkap mungkin dan juga buatkan daftar barang yang harus dibawa lakukan pengecekan sebelum dan sesudah perjalanan.
Berikut ini adalah peralatan dan perlengkapan yang harus disiapkan seorang mountaineer.
#. Perlengkapan Perorangan:
1. Carrier / Ransel / day-pack (sebelum barang dimasukkan, biasakan bungkus barang-barang
dengan kantong plastik untuk menghindari hujan)
2. Matras
3. Rain coat / ponco
4. Sleeping Bag dan perlengkapan tidur
5. Perlengkapan makan & minun
6. Baju hangat / jaket + baju ganti (cadangan)
7. Sepatu gunung + kaos kaki cadangan
8. Senter (Baterai + bohlam cadangan)
9. Kupluk + topi rimba, sarung tangan, peluit
10. Obat-obatan pribadi
11. peralalatan navigasi (Kompas,dll), webbing, tali dll
12. Logistik
13. Lilin dan lampu senter
14. Pisau serba-guna / Victorinox
15. perlengkapan mandi
1. Carrier / Ransel / day-pack (sebelum barang dimasukkan, biasakan bungkus barang-barang
dengan kantong plastik untuk menghindari hujan)
2. Matras
3. Rain coat / ponco
4. Sleeping Bag dan perlengkapan tidur
5. Perlengkapan makan & minun
6. Baju hangat / jaket + baju ganti (cadangan)
7. Sepatu gunung + kaos kaki cadangan
8. Senter (Baterai + bohlam cadangan)
9. Kupluk + topi rimba, sarung tangan, peluit
10. Obat-obatan pribadi
11. peralalatan navigasi (Kompas,dll), webbing, tali dll
12. Logistik
13. Lilin dan lampu senter
14. Pisau serba-guna / Victorinox
15. perlengkapan mandi
#. Perlengkapan Team :
1. Tenda
2. Peralatan masak
3. P3K
4. Trash Bag
5. Golok Tebas
1. Tenda
2. Peralatan masak
3. P3K
4. Trash Bag
5. Golok Tebas
Kelompokan barang-barang yang
sejenis (pakaian, makanan, keperluan mandi, dan obat-obatan) dalam satu
kantong.
Yang paling dasar adalah pakaian, kemudian keperluan mandi, dan yang paling atas adalah makanan dan obat-obatan.
Yang paling dasar adalah pakaian, kemudian keperluan mandi, dan yang paling atas adalah makanan dan obat-obatan.
H. Pengelompokan Bahaya di Hutan dan
Gunung
Bila kita kelompokan bahaya di hutan dan gunung dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Bahaya Obyektif : Segala bentuk bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan oleh objek hutan dan gunung itu sendiri dan segala sesuatu yang berada dilingkungannya
2. Bahaya Subyektif : Segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang diawali atau ditimbulkan oleh pelaku dalam segala bentuk perilaku, tindakan dan pengambilan keputusan baik sebelum ataupun saat ia berkegiatan di hutan dan gunung.
3. Nasib Buruk dan Nasib Baik : segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang pada dasarnya diluar perhitungan ataupun pertimbangan pelakunya, dan bersifat sama sekali tidak terduga. Umumnya sangat jarang terjadi. Nasib Buruk akan langsung dirasakan oleh pelaku sebagai potensi bahaya ataupun bahaya.
Bila kita kelompokan bahaya di hutan dan gunung dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Bahaya Obyektif : Segala bentuk bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan oleh objek hutan dan gunung itu sendiri dan segala sesuatu yang berada dilingkungannya
2. Bahaya Subyektif : Segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang diawali atau ditimbulkan oleh pelaku dalam segala bentuk perilaku, tindakan dan pengambilan keputusan baik sebelum ataupun saat ia berkegiatan di hutan dan gunung.
3. Nasib Buruk dan Nasib Baik : segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang pada dasarnya diluar perhitungan ataupun pertimbangan pelakunya, dan bersifat sama sekali tidak terduga. Umumnya sangat jarang terjadi. Nasib Buruk akan langsung dirasakan oleh pelaku sebagai potensi bahaya ataupun bahaya.
Nasib Baik bila tidak secara bijak diterima sebagai sebentuk pengalaman tentang
keberuntungan, dapat menjadi sebentuk sikap berfikir yang dapat menjadi potensi
dan atau bahaya disaat mendatang.
1. Bahaya Objectif
a) Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain);
Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya.
b) Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);
• Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah :
- Dapat menimbulkan penyakit.
- Dapat menularkan penyakit.
- Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.
- Beracun bila dimakan.
- Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.
- Binatang besar pemangsa.
- Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman.
• Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : ‘
- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.
- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility) sehingga menyulitkan orientasi.
- Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.
- Mengandung racun bila dimakan.
Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll.
c) Iklim dan Cuaca
Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :
• Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke.
• Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.
• Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar.
• Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme
d) Ketinggian
Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut “Death Zone” dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it…?)
e) Besaran Jarak dan Waktu
Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya.
f) Kondisi Akibat/Pengaruh
Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :
- Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.
- Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik.
- Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.
- Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan habitatnya.
- Dan contoh lainnya.
g) Kondisi Sosial Budaya
“Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya”, demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.
1. Bahaya Objectif
a) Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain);
Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya.
b) Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);
• Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah :
- Dapat menimbulkan penyakit.
- Dapat menularkan penyakit.
- Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.
- Beracun bila dimakan.
- Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.
- Binatang besar pemangsa.
- Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak nyaman.
• Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : ‘
- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.
- Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility) sehingga menyulitkan orientasi.
- Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.
- Mengandung racun bila dimakan.
Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll.
c) Iklim dan Cuaca
Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :
• Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke.
• Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.
• Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar.
• Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme
d) Ketinggian
Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut “Death Zone” dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it…?)
e) Besaran Jarak dan Waktu
Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya.
f) Kondisi Akibat/Pengaruh
Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :
- Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.
- Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik.
- Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.
- Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan habitatnya.
- Dan contoh lainnya.
g) Kondisi Sosial Budaya
“Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya”, demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.
2. Bahaya Subjektif
a. Kondisi Kebugaran (fitness)
Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu.
b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills)
Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya.
c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills)
Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana “sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita”. Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya.
d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills)
Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya.
3. Nasib Buruk dan Baik
Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.
PERLENGKAPAN, PERBEKALAN & PACKING UNTUK SEORANG PECINTA
ALAM
I. DEFINISI
Keberhasilan suatu kegiatan di alam
bebas, salah satunyaditentukan oleh perlengkapan dan perbekalan yang tepat.
Sebenarnya tidak ada pengertian khusus tentang perlengkapan maupun perbekalan,
tetapi hal tersebut dibedakan dari sifat dan waktu penggunaannya di lapangan.
Biasanya perlengkapan merupakan
barang – barang yang dibawa dalam
kegiatan alam bebas atau lapangan yang tidak habis digunakan dalam satu kali
penggunaan dan dapat di digunakan kembali pada saat yang lain, karena bersifat
permanen. Perlengkapan itu sendiri lebih ditekankan kepada alat Bantu atau
perlengkapan kegiatan, perjananan dan lain – lain.
Sedangkan perbekalan adalah barang –
barang yang dibawa dalam kegiatan alam bebas atau lapangan yang mungkin habis
digunakan dalam satu kali penggunaan dan tidak dapat di digunakan kembali pada
saat yang lain, karena bersifat mudah rusak atau habis setelah digunakan.
Perbekalan itu sendiri lebih ditekankan kepada bahan makanan dan minuman.
II. PERENCANAAN PERLENGKAPAN DAN
PERBEKALAN
Dalam merencanakannya, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Medan yang akan dituju (hutan,
pegunungan, rawa, pantai, dsb).
2. Tujuan kegiatan (perjalanan,
latihan , penelitian, kemanusiaan/SAR, dll).
3. Lama kegiatan.
4. Keterbatasan kemampuan fisik
untuk membawanya (dianjurkan berat total yang dibawa
tidak melebihi 1/3 berat badan).
5. Hal-hal khusus (penyakit,
obat-obatan, dsb).
Setelah mengetahui hal-hal tersebut,
maka kita dapat memilih perlengkapan dan
perbekalan yang sesuai dan selengkap
mungkin, namun dengan beban yang tidak melebihi
kemampuan kita untuk membawanya (maximum
utility in minimum weight). Perhitungan berat
total untuk perorangan tidak boleh
melebihi sepertiga berat badannya.
III. PEMBAGIAN PERLENGKAPAN DAN
PERBEKALAN SERTA PACKING
A. PERLENGKAPAN
Dari kegiatan-kegiatan yang akan
kita laksanakan di lapangan, kita dapat mengelompokkan perlengkapan yang dibawa
menjadi:
1. Perlengkapan Dasar
a. Perlengkapan Jalan
Perlengkapan minimal yang harus
dibawa saat kita melaksanakan kegiatan di alam bebas, khususnya untuk gunung
dan hutan, adalah :
#
Sepatu
Untuk daerah yang berbukit,
gunakanlah sepatu dengan bunga sepatu yang besar (ber-radial), bagian
tumitnya mempunyai tinggi ± 1,5 cm dan solnya kuat. Sepatu jangan terlalu
sempit ataupun terlalu longgar, karena akan mengganggu kenyamanan dan membuat
kaki cepat lelah.
# Kaus
kaki
Yang perlu diperhatikan, kaus kaki
ini harus dapat:
• menyerap keringat
• melindungi kulit kaki dari lecet;
• menjaga agar telapak kaki tetap
dapat bernafas;
• menjaga agar kaki tetap hangat
(terutama di daerah yang dingin)
Untuk keperluan tersebut, bahan kaus
kaki yang terbuat dari katun atau campuran dengan wool dan bahan asintetis
lainnya cukup baik digunakan. Sesuaikanlah ketebalan dan panjang kaus kaki
dengan keperluan. Mungkin kita perlu memakailebih dari satu pasang kaus kaki.
Yang perlu diingat adalah bahwa kaus kaki yang kita pakai harus kering, untuk
itu sesuaikanlah jumlah kaus kaki yang dibawa dengan kondisi medan dan cuaca
daerah tujuan. Dianjurkan untuk selalu membawa kaus kaki cadangan dalam setiap
perjalanan. Untuk perjalanan lama dan menempuh daerah yang dingin, sebaiknya memakai
dua lapis kaus kaki, bagian dalam memakai kaus kaki dari bahan katun dan bagian
luar dari bahan wool.
#. Celana jalan
Yang perlu diperhatikan :
• kuat dan ringan;
• comfortable (praktis, lembut dan
cukup longgar/tidak mengganggu gerakan kaki);
• terbuat dari bahan yang menyerap
keringat;
• mudah kering dan bila basah tidak
menambah berat.
Untuk keperluan tersebut, bahan
celana yang terbuat dari katun cukup baik untuk dipakai, tidak terlalu tebal,
tahan duri dan mudah kering. Contohnya PDL militer, celana loreng militer dan
celana lapang yang terbuat dari bahan rapstock. Bahan jeans sangat
tidak dianjurkan untuk dijadikan celana lapang, karena selain berat dan kaku,
juga sukar kering kalau basah. Bahan jeans tersebut tidak melindungi kita dari
kondisi alam sekitar (karena bukan isolator yang baik untuk cuaca).
Sesuaikanlah desain celana dengan
kebutuhan. Celana tanpa kantung kurang praktis, tetapi terlalu banyak kantung
pun akan merepotkan. Kantung-kantung celana sebaiknya memakai tutup yang mudah dibuka
namun aman, dan kantungkantung tersebut harus mudah dijangkau. Ada baiknya juga
apabila bagian-bagian tertentu dari celana diperkuat, khususnya pada bagian
lutut dan pantat. Jika seringharus mengangkat lutut, sebaiknya dibuat rimpel
pada jahitan celana di garis lutut, sehingga daerah lutut agak menggembung,
ini berguna agar gerakan lutut lebih leluasa. Selain itu, pilihlah celana yang
memiliki risluiting (agar mudah membukanya bila diperlukan) serta memiliki
tempat ikat pinggang yang kuat.
#.Baju jalan
Baju jalan pada prisipnya sama saja
dengan celana jalan, namun khusus kantungkantung pada baju ini, jangan sampai
mengganggu jika diisi atau tertekan ransel. Untuk baju jalan ini, sebaiknya
terbuat dari katun (menyerap keringat, namun dingin) atau wool (hangat, namun
sulit menyerap keringat), bertangan panjang untuk menghindari duri dan bulu
penggatal, sengatan matahari dan binatang berbisa. Orang sering salah kaprah,
untuk perjalanan pantai memakai baju tangan pendek atau bahkan tanpa lengan.
Padahal itu tidak baik, karena dapat mengakibatkan sengatan matahari secara
langsung pada kulit sehingga merusaknya. Harus diingat pula, baju yang
dikenakan haruslah kering, terutama jika dipakai tidur. Untuk itu sangat
dianjurkan untuk membawa baju cadangan.
#. Rain coat
Karena di alam bebas sering terjadi
perubahan cuaca secara tak terduga, maka pakaian yang dibawa harus sesuai
dengan keadaan tersebut. Untuk itu rain coat atau jas hujan penting
sekali untuk dibawa. Selain berfungsi sebagai penahan air hujan, rain coat
juga dapat digunakan sebagai pakaian penahan angin.
Sebenarnya pemakaian rain coat ini
tidak menjamin kita untuk tidak basah. Idealnya pemakaian rain coat ini
di-back up dengan pemakaian payung atau ponco, karena pemakaian rain
coat pada saat hujan deras dan lama akan mengakibatkan air hujan tersebut
menembus bagian dalamnya. Kemampuan rain coat untuk menahan
rembesar air sangat tergantung pada lapisan water proof-nya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemakaian rain coat ini, agar lapisan water
proof-nya tetap berfungsi baik, diantaranya :
• setelah dipakai, gantungkanlah rain
coat ditempat yang teduh;
• seandainya kotor dan perlu dicuci,
hindari penggunaan deterjen kuat;
• hindari membersihkan dengan sikat
kasar, cukup gunakan kain basah dan lembut;
• keringkanlah rain coat dengan
cara diangin-angin ditempat yang teduh, jangan dijemur di terik matahari;
• berilah cairan water proof pada
bagian jahitan dan bagian lain yang telah mengelupas/hilang lapisan water
proof-nya.
#. Ponco
Seperti halnya rain coat,
ponco berfungsi sebagai penahan air. Selain itu, digunakan sebagai perlengkapan
dasar untuk membuat bivak/shelter.
#. Topi lapang
Kegunaan topi lapang ini adalah ;
• melindungi kepala dari kemungkinan
cedera dan duri;
• melindungi bagian kepala dari
curahan hujan, terutama kepala bagian belakang.
Topi yang dipakai haruslah kuat dan
tidak mudah robek. Untuk keperluan tersebut, terutama untuk kegiatan gunung dan
hutan, dianjurkan memakai topi rimba atau semacam topi jepang. Memakai topi
yang terlalu lebar (topi koboi) sangat tidak dianjurkan. Selain menghalangi
penglihatan dan pendengaran, juga kurang praktis karena menghalangi pergerakan.
Topi jenis koboi ini, cocok kalau dipakai di padang rumput atau daerah-daerah
yang tidak terlalu banyak semaknya.
#. Sarung tangan
Yang perlu diperhatikan dari sarung
tangan ini, adalah :
• sebaiknya terbuat dari kulit;
• bentuknya sesuai dengan tangan;
• tidak kaku, artinya tidak
menghalangi gerakan tangan.
Untuk kegiatan gunung dan hutan,
kegunaannya adalah untuk melindungi tangan dari kemungkinan cedera akibat duri,
bulu penggatal, binatang berbisa dan binatang kecil penggatal. Selain itu, ada
baiknya juga membawa sarung tangandari wool, untuk perlindungan terhadap cuaca
dingin.
#. Ikat pinggang
Pilihlah ikat pinggang yang terbuat
dari bahan yang kuat; dengan kepala yang tidakterlalu besar, namun teguh.
Misalnya dari kulit yang tebal namun lembut, dan dari bahan sintetis lainnya.
Ikat pinggang ini selain berguna untuk menjaga agar celanatidak melorot, juga
untuk meletakkan alat-alat yang perlu cepat dijangkau seperti pisau pinggang,
tempat air minum, tempat alat-alat P3K, dll.
#. Ransel
Ketika kita memutuskan untuk
melakukan perjalanan di alam terbuka, pastikan dahulu bahwa seluruh barang yang
diperlukan akan dibawa dalam satu tempat yang kuat. Dengan ransel, berat barang
yang dibawa akan terasa lebih ringan, karena beban akan dipanggul dan ditahan
pundak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan ransel ini,
yaitu :
• ringan
Ransel sejauh mungkin tidak
merupakan beban tambahan yang berlebihan (bayangkan bila berat ransel kosong
kita sudah 5 kg), terbuat dai bahan water proof, sehingga kalau
hujan tidak akan bertambahberat dan cukup melindungi isinya (walaupun tetap harus
diberikan perlindungan ekstra dengan pengunaan kantung-kantung plastik terutama
untuk perlengkapan-perlengkapan yang peka : pakaian tidur, alat tulis, makanan
kering, dll).
• kuat
Harus mampu membawa beban dengan
aman, berdaya tahan tinggi, tidak mudah robek, jahitannya
tidak mudah lepas, zippernya cukup
kokoh, dsb.
• sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan medan
Ransel yang dipakai haruslah sesuai
dengan keadaan medan yang dihadapi. Untuk medan gunung dan hutan, tidak
dianjurkan untuk memakai ransel dengan rangka luar (external frame),
karena akan menyulitkan pergerakan jika melewati semak. Ransel jenis tersebut
cocok digunakan pada medan-medan datar dan terbuka (salju, padang rumput,
pantai).
• comfortable
Dianjurkan agar memakai ransel yang
memiliki rangka. Rangka ini perlu agarberat beban merata dan seimbang ke
seluruh tubuh. Rangka ini juga membuat kenyamanan karena adanya ventilasi
antara tubuh/punggung dengan ransel. Bagi ransel dengan rangka di dalam (internal
frame), perlu ditambah dengan bahan yang menyerap keringat pada bagian yang
bersentuhan dengan punggung. Selain rangka, bagian ransel yang perlu
diperhatikan juga adalah tali penyandang ransel dan hip belt. Tali
penyandang ransel haruslah kuat, cukup lebar, empuk dan mudah distel. Hip belt
digunakan untuk mengatur agarransel menempel dengan baik ke tubuh, serta
membantu pembagian berat beban.
• praktis
Memiliki kantung-kantung tambahan
dan ada pembagi ruang, sehingga akan memudahkanmengambil barang-barang
tertentu. Sekarang ini banyak sekali macam ransel dengan berbagai model,
ukuran, bahan serta harga yang bervariasi. Ketelitian memilih akan banyak
menentukan. Harga yang mahal belum tentu menjamin ransel yang nyaman. Untuk itu
pilihlah ransel sesuai dengan kriteria di atas.
Untuk jenis perjalanan tertentu, ada
baiknya kita melengkapi rasel kita dengan tas tambahan atau day pack.
Day pack ini akan banyak membantu, karena memudahkan pergerakan, terutama jika
perjalanan tersebut merupakan kegiatan penelitian atau sering melakukan
perpindahan tempat.
#. Peralatan navigasi
Alat navigasi yang harus dibawa
minimal kompas yang masih bisa digunakan, busur/protrektor dan peta daerah yang
akan kita tuju. Peralatan navigasi ini merupakan peralatan sangat penting yang
selalu harus dibawa.
#. Lampu senter
Lampu senter ini terutama digunakan
bila kita melakukan perjalanan malam. Untuk perjalanan malam ini gunakanlah
lampu senter yang memakai batrey besar (2-3 batrey), jangan yang memakai
terlalu banyak batrey, karena selain ukurannya besar sehingga memakan tempat,
juga karena relatif berat. Senter batrey besar ini biasanya relatif lebih tahan
lama nyalanya, jika dibanding senter batrey kecil. Idealnya kita membawa dua
buah lampu senter beserta batrey dan lampu cadangannya. Satu untuk keperluan
jalan, satu lagi (biasanya senter kecil) untuk cadangan bila keadaan darurat,
#. Survival kit
Survival kit dapat berupa tempat
khusus yang berisi korek api dalam tabung, pisau lipat, alat jahit dan
benangnya, tali jerat, lilin, peluit, dan alat-alat lain yang dianggap perlu.
Idealnya kotak survival kit ini terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
#. PP kit
Minimal berupa obat-obatan dasar,
yaitu kapas, kasa steril, plester, pembalutgulung, kain segi tiga, alkohol,
cairan anti septik, pelawan rasa sakit, penawarracun dan obat-obatan pribadi.
Semuanya disimpan dalam satu tempat yang kuatdan kedap air, misanya tupperware.
b. Perlengkapan Tidur
Terdiri dari sleeping bag,
matras, satu stel pakaian kering, kaus kaki. Semuanya harusbisa membantu
kenyamanan tidur dan menahan dingin.
c. Perlengkapan Masak, Makan dan
Minum
Bawalah perlengkapan masak yang
praktis,ringan, kecil dan tidak memakan tempat serta
berfungsi banyak. Selain itu bawalah
alat makan dan minum seperlunya. Khusus tempat makan,
usahakan berupa tupperware,
karena akan dapat memberikan banyak manfaat. Juga bawalah alat
pemasak dan bahan bakar
secukupnya.Sekarang ini, sudah banyak dijual perlengkapan masak, makan dan
minum dalam satu set, merek trangia misalnya. Namun karena harganya
masih relatif mahal, kita bisa memakai nesting atau misting yang
biasa dipakai militer, serta alat-alat tambahan lainnya yang bisa dibawa dari
rumah.
2. Perlengkapan Tambahan
Perlengkapan ini walaupun bukanlah
hal yang teramat penting, namun ada baiknya dibawa
untuk lebih menambah kenyamanan
perjalanan.
a. Putis
Putis adalah pembelat betis yang
terbuat dari kain katun atau wool. Para pengembara, pejalan kaki ataupun
tentara sering memakai putis untuk menjaga otot-otot betis agar tetap fit dalam
perjalanan panjang.
b. Gaiters
Gaiters atau sarung anti pacet
adalah semacam sarung setinggi lutut yang biasanya dibuat dari kain tipis.
Bagian atas (ujungnya) bertali seperti sarung bantal. Banyak dipakai oleh
pekerja kayu dan perintis jalan yang sering melewati daerah rawa atau hutan
basah yang banyak pacet atau lintahnya. Sekarang ini sudah banyak gaiters yang
dibuat oleh produsen perlengkapan lapang, yang terbuat bukan dari kain.
c. kelambu
Untuk perjalanan yang banyak
melewati rawa, sungai atau daerah mangrove, ada baiknya jika kita membawa
kelambu. Bahkan untuk daerah endemik malaria dan demam berdarah, kelambu ini
merupakan perlengkapan wajib (jika kita ingin terhindar dari penyakit
tersebut). Dengan kelambu ini, kita dapat beritirahat relatif nyaman tanpa
akut digigit nyamuk, agas ataupun
serangga lainnya.
d. Hamok
Hamok (hammock) atau tempat
tidur gantung merupakan alat tambahan lain selain kelambu yang idealnya kita
bawa ke daearah rawa, sungai atau mangrove. Dengan hamok ini, kita dapat
beristirahat dengan nyaman tanpa kita takut menjadi kotor atau basah. Bahkan,
untuk daerah yang banyak pacetnya, hamok ini dapat memberikan rasa aman, karena
bisa menghindarkan kita dari pacet ketika beristirahat.
e. Jaket
Jaket (jacket) merupakan
pakaian tebal yang digunakan untuk melindungi tubuh dari angin dan udara
dingin. Ada dua model jaket yang biasa dipakai di lapangan, yaitu model palca
dan model anorax. Dengan kemajuan teknologi, sekarang telah
dikembangkan jenis jaket yang water proof dan mampu mengatur sirkulasi
udara yang ada di dalamnya, sehingga pemakainya merasa lebih
nyaman. Dengan jaket jenis ini,
udara dari luar (bukan angin) dapat masuk ke dalam dan sebaliknya udara yang
dari dalam bisa ke luar. Adanya sirkulasi udara tersebut, memungkinkan tubuh
tetap mendapatkan udara segar, namun kehangatannya tetap dipertahankan. Jenis
jaket tersebut umumnya terbuat dari bahan gore-tex.
f. Balaclava
Untuk daerah pegunungan atau daerah
dingin, balaclava atau kupluk ini akan sangat bermanfaat, karena dapat
melindungi muka dan telinga kita dari dingin, angin dan serangga kecil.
g. Syal
Syal, ikat leher atau kacu segi tiga
banyak kegunaannya. Bisa untuk menghapus keringat, sebagai penutup
kepala/telinga/leher, serta juga bisa dimanfaatkan untuk menutup dan membalut
luka dalam P3K.
h. Payung
Ada baiknya bila kita membiasakan
membawa payung ketika ke lapangan. Payung ini selain berguna bagi perlindungan
dari hujan dan panas, juga bisa kita gunakan sebagai alat penampung air hujan
bila sedang dalam kondisi survival atau sedang berada di daerah yang susah
ditemui air tawar. Ketika di dalam hutan, memang kita dianjurkan untuk tidak
memakai payung ketika berjalan, meskipun sedang hujan. Payung ini lebih bagus
kita gunakan sebagai pelindung ketika menunggu hujan. Selain itu, payung ini
pun bisa kita gunakan sebagai pelindung jemuran pada daerah yang selalu lembab
atau hujan.
i. Minyak Komando
Minyak komando ini digunakan untuk
menghindarkan kaki kita dari lecet (blister).
Caranya ambil dua siung bawang
merah, tumbuk dan hancurkan, lalu campurkan secara merata dengan 2-3 sendok
minyak kelapa. Balurkan minyak tersebut pada seluruh bagian kaki hingga mata
kaki, lalu gunakan kaus kaki dan sepatu yang pas. Selain itu, minyak komando
juga bisa dimanfaatkan sebagai pengganti semir untuk melemaskan sepatu kulit
yang kita pakai biar tidak kering dan kaku.
j. Pisau
Secara umum, pisau adalah alat batu
bagi kita untuk keperluan menusuk, memotong, menyayat, melempar dan yang
terpenting sebagai alat bantu untuk membuat api. Karena pisau adalah sahabat
yang sangat baik dan berguna bagi kegiatan di alam bebas, maka pisau yang kita
bawa harus benar-benar cocok, dapat dipercaya dan sesuai dengan kepeluan.
Berdasarkan kegunaannya, pisau dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
Pisau multiguna
• Pisau bowie
Pisau yang disain oleh James Bowie
yang legendaris ini, pada dasarnya termasuk jenis fighting knife, selain
sangat efektif untuk menusuk dan memotong, juga cukup baik untuk menetak dan
melempar. Kalau terbuat dari bahan yang baik, desain pisau ini akan sangat
tangguh. Bahkan, bila berat dan ukurannya cocok, maka akan menjadi teman setia
di lapangan. Karena sifatnya, banyak jenis pisau survival yang mengambil desain
dasar pisau ini.
• Pisau survival
Cikal bakal pisau ini dikembangkan
dari pisau bowie. Pisau yang dikenal juga sebagai jungle knife ini,
dilengkapi dengan alat-alat survival. Seperti halnya pisau boiwe, pisau
survival ini bisa digunakan untuk menusuk, menatah, mengerat dan melempar.
Pisau khusus
Jenis pisau ini digunakan untuk
suatu pekerjaan yang khusus. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan efisiensi
atas pekerjaan yang dilakukan.
• Pisau komando
Diciptakan oleh Kolonel Fairbims dan
Sykes untuk keperluan tentara Inggris. Pertama kali dipakai pada Perang Dunia
II di Perang Sanghai. Pisau komando ini adalah khas pisau lempar dan cukup baik
juga sebagai penusuk, namun kurang baik untuk menetak dan menyayat, karena akan
banyak memakan tenaga.
• Pisau pengulit
Pisau ini merupakan skinner knife,
yang dikhususkan untuk menguliti binatang buruan. Desainnya tipis dan sangat
tajam (sudut mata pisau sangat kecil), dengan ujung agak melengkung. Pisau ini
baik juga untuk digunakan sebagai peraut kayu.
• Pisau tusuk
Bentuknya yang lancip ke depan dan
kokoh membuat pisau ini sangat ampuh dan kuat untuk menusuk. Pisau ini banyak
dipasang pada ujung senapan. Yang sejenis dengan pisau ini adalah pisau
sangkur.
• Pisau potong
Pisau ini lebih tepat bila disebut pisau
besar, karena bentuknya lebih besar dari pisau genggam biasa. Pisau ini
memiliki bentuk yang lebih besar dan tebal pada seluruh bagian atasnya. Ini
dimaksudkan agar tekanan merata dan kuat.
Kegunaan pisau ini adalah untuk
memotong, menebas, dsb. Contoh pisau potong ini adalah golok dan pisau tebas.
Banyak sekali jenis pisau yang aneh-aneh dan memiliki kegunaan yang sangat
khusus. Namun yang perlu
diperhatikan adalah :
• harus terbuat dari bahan yang
dipercaya, tajam dan tidak mudah patah;
• desain dan ukurannya sesuai, enak
dipegang dan dipakai;
• sarungnya aman dan enak jatuhnya;
• mudah perawatannya.
Sekarang banyak dijual berbagai
macam pisau. Kita harus benar-benar memperhatikan segi mutunya. Harga mahal
belum menjamin bahwa barang-barang tersebut bagus. Pilihlah jenis pisau dari
merek yang sudah terkenal baik buatannya
(umumnya buatan Swiss atau AS cukup
baik).
3. Perlengkapan Khusus
Jenis dan jumlah perlengkapan khusus
yang kita bawa akan sangat tergantung pada jenis dan lokasi kegiatan yang kita
lakukan. Namun, pada umumnya orang sekarang dalam melakukan kegiatan di alam
bebas tidak terlepas dari kegiatan dokumentasi, baik dengan kamera maupun
dengan handycam. Karena kedua alat tersebut sensitif sekali pada keadaan
cuaca, serta sangat riskan pada tekanan fisik, maka kita dituntut untuk ekstra
berhati-hati. Untuk itu ada beberapa hal yang harus selalu diperhatikan apabila
kita membawa alat-alat tersebut ke lapangan, yaitu :
a. bungkuslah peralatan dokumentasi
kita dengan kain kering dan lembut, untuk menghindari pengaruh cuaca dan
benturan;
b. gunakanlah dry bag yang
berisi silica gel untuk menghindari air dan kelembaban;
c. pakailah tempat/tas khusus atau
simpanlah di tempat yang tidak terkena beban berat dan aman, namun mudah
dijangkau bila sewaktu-waktu diperlukan;
d. untuk kegiatan yang lama,
bersihkanlah peralatan tersebut secara berkala dan ada baiknya bila kita
gunakan cairan anti jamur untuk membersihkannya;
e. simpanlah film dan kaset film
yang kita bawa pada tempat yang kuat, kering, kedap air dan tidak tembus
cahaya.
B. PERBEKALAN
Perbekalan (makanan dan minuman)
yang kita bawa sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan minimal kita. Hal ini
dimaksudkan agar perbekalan tersebut tidak terlalu berlebih sehingga menjadi
beban tambahan, namun juga tidak kurang. Yang dibawa dianjurkan yang banyak
mengandung kalori serta lengkap vitamin dan mineralnya. Untuk minuman, hindari
minuman berakohol, walaupun tempat kegiatan kita nanti udaranya sangat dingin.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih jenis perbekalan yang
akan kita bawa ke lapangan :
1. Memiliki komposisi gizi dan
kalori yang cukup, serta tidak asing;
2. Terlindung dari kerusakan, tahan
lama dan sederhana dalam menanganinya;
3. Sedapat mungkin siap pakai atau
tidak memerlukan waktu lama dalam memasaknya, irit air dan bahan bakar;
4. Ringan dan mudah didapatkan
setiap saat.
Untuk dapat merencanakan komposisi
bahan makanan agar memenuhi syarat di atas, kita dapat mengkajinya dengan
langkah-langkah sebagai berikut : Dengan informasi yang cukup lengkap,
perkirakan kondisi medan, cuaca, aktivitas tubuh yang diperlukan dan lama
waktunya. Perhitungan jumlah kalori yang dibutuhkan bisa atas dasar perhari.
Susun daftar bahan makanan yang
memenuhi syarat di atas dan kelompokkan sesuai komposisi dominannya
(karbohidrat, lemak atau protein). Hitung masing-masing kalori totalnya
(setelah siap dimakan).
Atur komposisi makanan menurut
pertimbangan-pertimbangan berikut :
a. Total kebutuhan kalori perhari;
b. Perbandingan berat kalori antara
karbohidrat, lemak dan protein adalah 6:3:1;
c. Harga perkalori yang sebenarnya
dari setiap makanan adalah harga dari bahan makanan tersebut sampai siap
dimakan (pertimbangan ini diperlukan bila diperkirakan dapat menghemat dana
dalam jumlah yang berarti);
d. Perhitungan untuk vitamin dan
mineral dilakukan terakhir, bila kurang bisa ditambahkan vitamin dan mineral
dalam bentuk suplemen.
Pengepakan paket bahan makanan
sebaiknya disiapkan untuk setiap kali makan.
Catatan :
a. kandungan kalori karbohidrat (4
kal/gram), lemak (9 kal/gram) dan protein (4 kal/gram).
b. ranking tercepat menjadi kalori
karbohidrat – lemak – protein
c. kebutuhan per 1000 pounds (45 kg)
berat badan
Metabolisme basal 1100
kal
Aktivitas tubuh
• jalan kaki 2 mil/jam 45 kal
• jalan kaki 3 mil/jam 90 kal
• jalan kaki 4 mil/jam 160 kal
• memotong kayu 260 kal
• makan 20 kal
• duduk, diam 20 kal
• bongkar pasang ransel 50 kal
• menggigil 220 kal
Specifik dinamic
activity (6-8)% dari 1+2
Total kalori yang
dibutuhkan 1+2+3
C. PACKING
Efisiensi dan kenyamanan kita
membawa perlengkapan dan perbekalan dalam sebuah ransel, selain secara langsung
ditentukan oleh desain ransel, juga sangat dipengaruhi oleh cara kita mempacking
(menyusun perlengkapan dan
perbekalan ke dalam ransel).
Dalam batas-batas tertentu, rangka
yang dimiliki oleh sebuah ransel akan banyak memberikan kenyamanan. Rangka ini
membuat posisi tubuh kita lebih nyaman ketika menggendong ransel. Namun
bagimanapun juga, desain ransel tersebut akan sedikit artinya apabila kita
tidak mampu mempacking dengan baik.
Yang menjadi dasar dari packing
adalah keseimbangan badan. Bagaimana kita menumpukan beban barang bawaan pada
tubuh sedemikian rupa sehingga kaki dapat bekerja secara efisien. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam packing ini, yaitu:
1. susun perlengkapan dalam ransel
secara berurut dari yang terberat sampai yang teringan dan sesuai prioritas
keperluan, dari atas ke bawah;
2. letakkan perlengkapan yang paling
berat di bagian teratas, dan sedekat mungkin dengan tubuh kita;
3. letakkan barang-barang yang
sewaktu-waktu diperlukan pada bagian atas atau bagian luar ransel;
4. kelompokkan barang-barang yang
dibawa ke dalam kantong-kantong plastik yang tidak tembus air;
5. buatlah check list dan peta
barang bawaan untuk mempermudah penyusunan dan pemeriksaan kembali.
Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dan
perbekalan yang akan kita bawa dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai
kegiatan sebaiknya dibuat terlebih dahulu sebuah check list perlengkapan
dan perbekalan yang akan kita bawa. Dalam check list tersebut, perlengkapan dan
perbekalan dikelompokkan, lalu diteliti apa yang perlu atau tidak perlu dibawa.
Apabila perjalanan yang akan kita lakukan adalah perjalanan kelompok, maka
dibuat check list untuk perlengkapan dan perbekalan regu dan pribadi. Dalam
perjalanan besar dan cukup lama, perlu kita tentukan apakah perlengkapan dan
perbekalan tersebut akan kita bawa sendiri ataukah dengan memanfaatkan porter.
Dan apakah semua perlengkapan dan perbekalan tersebut akan kita bawa sejak awal
ataukah kita isi secara bertahap di perjalanan, dan sebagainya.Sumber :
http://forestertabagsel.wordpress.com/divisi-mountaineering/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar